Selasa, 21 Februari 2012

Hidup Tanpa Paksaan


Allah memberi kebebasan bagi hamba-Nya untuk beriman dan bertakwa atau malah sebaliknya.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 256)

Rasulullah saw pun diutus hanya sebatas memberi peringatan tanpa kuasa menentukan hidayah kepada manusia.

Katakanlah : "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan". (Al-Anbiya:45) 

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash: 56).

Kita semua boleh memilih sesuka hati, jalan mana yang akan kita tempuh… dan setiap perjalanan pasti akan menemukan titik akhir.

“Setiap nafs (yang berjiwa) akan menghadapi kematian.”  (Ali Imran: 185).

Pertanyaannya, akhir yang bagaimanakah yang akan kita terima?

"Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan 
 Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Az-Zumar:70)

Sebagaimana Allah bebas membiarkan kita beriman atau berbuat kemungkaran, Dia juga bebas membuka pintu surga atau melempar kita ke jurang neraka.

Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya". Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. (Az-Zumar:72)

Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahtera (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya" (Az-Zumar:73)

Sebagaimana Rasulullah tidak pernah memaksa agar kita mengikuti dan mengamalkan sunnahnya, beliau juga berhak memberi syafa’at atau mencampakan kita di akhirat kelak.

“Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Betapa nistanya nasib seorang hamba yang tak dihiraukan oleh Allah dan Rasulullah di hari pembalasan…..
Sepadan dengan sikapnya ketika semasa hidup di dunia yang enggan menghiraukan perintah & larangan Allah serta anjuran & peringatan dari Rasulullah.

"Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui." (QS. Az-Zumar:26)

Namun semua belum terlambat bila saat ini ingin memperbaikinya

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar:53)

Pada akhirnya kita sendiri yang menentukan akhir kehidupan ini. Ingatlah bahwa balasan itu akan sesuai dengan yang telah diusahakan.
"Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-A’raf : 8)

"Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami." (Al-A’raf : 9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari ucapan lidah dan perbuatan tangannya. (HR.Bukhori)