Sabtu, 22 Maret 2014

Renungan Aktivis Dakwah

Seringkali kita terjebak oleh pikiran dan perasaan kita sendiri. Merasa telah banyak memberi dan berkorban besar untuk dakwah ini. Padahal apa yang telah diberikan hanyalah "pengorbanan ecek-ecek" bila dibandingkan dengan yang telah dilakukan oleh saudara-saudari kita, para pendahulu kita, para ulama, para sahabat, terlebih para nabi dan rasul.

Tak merasa malukah kita? terus-menerus mengeluh, merengek, dan mengumbar ketidakberdayaan. Seolah Allah tak sanggup lagi membantu dan memenangkan dakwah ini.


Tak merasa risihkah kita? sekian lama kufur dengan nikmat begitu besar yang telah Allah berikan. Nikmat yang sampai kapanpun tak akan pernah sanggup kita menghitungnya. Benar-benar tak sebanding dengan kontribusi kita untuk menengakkan agamaNya.


Sakit yang kita rasakan di jalan dakwah bukanlah hal yang patut kita sesali, justru harus kita syukuri, karena Allah telah menghindarkan kita dari berbagai penyakit dunia yang menjangkiti kaum kafir dan munafik.


Sudah lupakah kita dengan kisah Bilal bin Rabah yang disiksa dengan siksaan begitu pedih. Namun ia tetap teguh mengatakan "Ahadun Ahad !!!"


Begitu pula yang terjadi dengan Asiyah binti Muzahim, yang menukar harta dan tahta dunia demi mempertahankan keimanannya. Dan lihatlah, Asiyah justru tertawa ketika berada dalam siksaan keji suaminya, Firaun.


Inilah kisah yang menekankan bahwa siapapun kita, laki-laki atau perempuan, budak atau kalangan bangsawan, memiliki kesempatan dan kewajiban yang sama untuk beriman dengan sebenar-benar iman. Bukan hanya dilisan tanpa adanya pembuktian.

Keimanan yang tertancap kokoh, bahwa rasa sakit dan penderitaan itu bukanlah apa-apa. Keimanan bahwa Allah tak akan pernah menyia-nyiakan mereka. Dan pengorbanan itu kelak akan dibalas dengan sebaik-baik pembalasan, berkali lipat dari yang mereka harapkan.


Demi Dzat, yang jiwaku ada ditanganNya.
Sungguh, bila kita tidak disibukan oleh kebaikan, maka kita pasti akan disibukan oleh selain kebaikan.
Bila kita tidak bergabung dalam barisan dakwah, maka kita pasti akan bergabung dalam barisan selainnya.
Bila kita tidak mengejar akhirat, maka kita pasti akan terlena oleh urusan dunia.
Padahal kita tahu, bukan untuk itu tujuan manusia dicipta.

wallahu a'lam bishowab... semoga bermanfaat.


(dhini iffansyah)