Kamis, 27 November 2014

Tuhan, buatlah aku jatuh cinta..

Sudah mendekati waktu syuro sore ini. Aku pun bersiap-siap berangkat 30 menit sebelumnya agar tak terlambat.

Menyusuri jalan menuju depan gerbang, langkah kaki ku mulai terasa berat. Saat ku temukan angkot dan duduk di dalamnya, hatiku terasa sesak ingin menangis.

Astaghfirullah... aku tak bisa membohongi diri sendiri, aku tak ingin pergi ke pertemuan itu.

Ku coba menghibur hati dengan mengulang-ulang satu ayat di pikiranku.

"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."
(QS. At-Taubah: 41)

Syuro ini memang telah direncanakan jauh hari. Namun aku selalu berharap akan dibatalkan.

Mengapa?

Karena aku tak menyukainya. Aku tak menyukai qiyadah kami yang baru.

Perilakunya membuatku gerah.
Ku rasakan pahit saat dia menyapa dan tersenyum.
Bahkan begitu malas mendengar  dia berbicara.

Ketika dia memaparkan sesuatu di dalam forum, aku lebih suka bermain dengan gadget ku. Membaca info yang di kirim via grup whatsapp, membalas bbm, browsing di instagram, apa saja... karena aku tak tertarik dengan apapun yang dia katakan.

Berkali-kali ku lihat jam tangan. Waktu terasa melambat. Aku ingin syuro ini cepat selesai.

Ingatanku terbang melintasi waktu saat ku menghadiri syuro yang di agendakan oleh qiyadah ku terdahulu.

Waktu itu aku pun hampir menangis.

Bukan karena tak suka, tapi karena cinta.

Aku belajar mencintai dakwah darinya. Mencintai karena Allah. Aku merasa amat bersalah dan hampir menangis saat dia menasehatiku. Aku mencintai qiyadahku dengan segala keteladanan yang ia berikan.

Ya Rabb...

Hamba ingin merasakan jatuh cinta lagi.

Jatuh cinta pada qiyadah agar nyaman saat berjama'ah dan senang hati menunaikan amanah.

Aku tahu tak semestinya begini...
Aku tahu harus tsiqoh...

Ketika ku curahkan dengan seorang saudara tentang kegalauan hati saat itu, ia pun mengingatkan ku.

"Jangan begitu ukhti. Ingat, ketaatan pada qiyadah adalah bagian dari ketaatan pada Allah."

Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(QS. An-Nisa: 59)

Heem... iya, memang benar.. dan memang itu adalah satu-satunya motivasi ku bertahan hingga detik ini. Aku barangkali "terpaksa" mentaatinya karena Allah yang menyuruhku dalam ayatNya.

Aku masih mentaati qiyadah ku karena memang begitulah seharusnya. Tapi sekali lagi tiada cinta disana. Hingga dakwah ini jauh lebih berat terasa dibandingkan sebelumnya.

Tak tahu sampai kapan harus begini.
Semoga rasa ini segera berganti.

(dhini iffansyah)

Note: Begitulah tabiat dakwah. Jalannya mendaki lagi sukar. Ujian menerpa dari arah mana saja. Baik dari diri sendiri maupun orang lain.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi ?Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut: 2-3)

Bertahanlah walau tak suka, sebab..

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Wallahu'alam bishowab. Semoga bermanfaat.


Minggu, 16 November 2014

Never ending Halaqah

Halaqah...

Alhamdulillah sudah kurang lebih 6 tahun aku berada dalam lingkaran ini.

Bagaimana rasanya?

LUAR BIASA

Tetesan ilmu telah ku teguk lewat pesan hikmah sang murobbi dan para akhawat shalihah.

Di awal masa halaqah, aku pernah merasakan hadir seorang diri. Kajian yang hanya diadakan sepekan sekali ini pun ternyata masih mampu memunculkan berbagai alasan untuk tidak hadir.

Tapi percayalah, aku tidak kecewa karena ku lihat sang murobbi pun tetap setia memberikan ilmunya padaku.

Begitu sabarnya beliau menuntunku pada kebaikan. Aku yang mulanya begitu awam terhadap persoalan agama, sedikit demi sedikit mulai merasakan hangatnya cahaya islam dan iman melalui lisannya.

Masyaa Allah...

Terlintas pertanyaan, apa untungnya baginya? Setiap pekan menyempatkan waktu untuk bertemu, memberikan ilmu dan menasehatiku, bahkan ia pun tak segan untuk mentraktir disaat-saat tertentu.

Di lingkaran ini...

Aku tak pernah sekalipun dipaksa. Perubahan yang terjadi setelahnya insyaallah murni karena keputusan pribadiku.

Murobbi tak pernah menuntutku mengikutinya, dia hanya memberitahu. Aku mau ikut atau tidak, merupakan pilihan bukan paksaan.

Di lingkaran ini...

Untuk pertama kalinya aku berkenalan dengan ukhuwah islamiyah. Ukhuwah yang sejatinya benar-benar indah.

Beda latar belakang, beda hobi, beda kesukaan, beda suku dan budaya. Beda dalam segala hal kecuali aqidah. Cukuplah aqidah yang menyatukan kami duduk dalam satu halaqah.

Baru pertama bertemu tapi langsung bisa akrab. Ku rasakan penerimaan yang begitu besar dari mereka. Sama sekali tak memandang harta maupun tahta. Hanya diriku apa adanya sebagai saudari mereka.

Saling mengingatkan dan saling membantu satu sama lain.
Itulah ukhuwah, cinta sederhana yang penuh makna.

Di lingkaran ini...

Tak sekali atau dua kali, ku dengarkan kalimatul murobbi yang sangat berkesan di hati karena begitu sesuai dengan kondisi diri.

Semua ilmu yang menyegarkan dan menyejukkan melalui madah, kultum, maupun bedah buku yang disampaikan.

Halaqah seumpama telaga yang airnya tak pernah surut untuk menghilangkan dahaga siapa saja.

Di lingkaran ini...

Setiap pekan kami terbiasa untuk melakukan mutaba'ah amal yaumi, tahfidz atau sekedar muroja'ah Al-Qur'an.

Semua catatan itu, ternyata sukses memotivasi hidupku. Memperbaiki kualitas ibadah, meningkatkan amalan sunnah hingga menambah hafalan surah.

Benarlah kata Umar bin Khattab,
"Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia."

Di lingkaran ini...

Halaqah bukan lagi lingkaran biasa.

Disana ada inspirasi..
Ada motivasi..
Ada nasehat..
Ada semangat..
Ada persaudaraan..
Ada perhatian..
Ada canda tawa..
Ada senyum bahagia..

Dan yang terpenting, ku temukan setitik cahaya-Nya disana.

(dhini iffansyah)

Jumat, 14 November 2014

Remember Allah

Alhamdulillah... Allah Maha Baik...

Ceritanya hari ini mau ikutan tes seleksi di Banjarmasin...

Udah di angkot baru ingat kalau papan alas buat tes ketinggalan !
"Gimana nih ya Allah... nt susah nulis jawabannya."
~>Ternyata kali ini udah disediakan meja sama panitia
*alhamdulillah :)

Di tempat tes udah banyak yang datang.
"Gimana nih ya Allah... kalau kebagian duduk dibelakang nanti engga jelas liat tulisan di layar depan."
~>Ternyata ada panitia yang manggil dan nunjukin satu kursi kosong no.3 dari depan.
*alhamdulillah :))

Setelah beberapa sesi tes mendadak pulpen macet !
"Gimana nih ya Allah... engga tau mau minjam sama siapa."
~>Ternyata tes terakhir justru diharuskan pakai pensil
*alhamdulillah :D

Pas waktu istirahat nyadar kalau di luar ternyata hujan deras !
"Gimana nih ya Allah... payungnya juga lupa dibawa."
~>Ternyata pas pulang hujannya udah reda.
*alhamdulillah ;)

Selesai tes udah kesorean !
"Gimana nih ya Allah... kalau angkotnya ngetem bisa-bisa maghrib baru sampai rumah."
~> Ternyata pas nyampe terminal pas angkotnya mau jalan
*alhamdulillah :')

Allah selalu punya cara untuk menolong hambaNya... insyaallah...

(dhini iffansyah)