Selasa, 22 April 2014

Tanda Tanya

Tanpa ide... aku hanya ingin menumpahkan sedikit perasaanku... entah perasaan yang mana.

Mengapa sulit sekali menerima realita bahwa tidak ada kesempurnaan yang mungkin kita dapatkan di dunia?

Kehidupan yang katanya menyakitkan ini... tetap saja harus terus dijalani.

Masa-masa yang sungguh membahagiakan pun... suatu saat juga akan diakhiri.

Mengutuk takdir yang dirasa begitu kejam... akankah bisa mengubah kenyataan?

Mengungkit luka justru membuat hati semakin terasa sempit... selalu memposisikan diri menjadi korban... tidak berdaya dan akhirnya menyalahkan semua orang... kecuali dirinya sendiri.

Hah... benarkah??

Benarkah bahwa orang-orang itu yang bersalah atas kondisi menyedihkan ini....

Tak cukup sekali, namun sudah berulang-ulang kali. Bahkan puluhan tahun ! Luka itu terus dibawa. Mau sampai kapan?

Cerita indah seolah tak ada arti... semua tergerus oleh kepahitan yang dibumbui sana-sini.

Saya sudah mengalami ini... sudah merasakan itu... sudah diperlakukan tidak adil... dizalimi... dihina... ditindas... dan sebagainya-sebagainya...

Sekali lagi... benarkah???

Benarkah hanya itu yang dirasakan disepanjang kehidupan...... hanya penderitaan dan penderitaan.

Bukankah Tuhan Maha Adil...? selalu mempergilirkan kesusahan dan kelapangan, kesedihan dan kebahagiaan. Sebagai salah satu ujian... siapa diantara kita yang paling tinggi imannya dan terbaik pula akhlaknya.

Mengapa hanya kisah sedih itu saja yang terus diingat?

Kemana perginya semua kenangan manis itu???

Terbuang... disingkirkan ke sisi gelap hingga tak lagi tampak.

Coba lihat kedalam diri... dan jujurlah.

Mengapa membiarkan diri tenggelam dalam lumpur derita... kemudian berupaya menarik orang lain kedalamnya...?

Untuk apa???

Apa lantas ketenangan jiwa dan bahagia bisa ditemukan disana?

Terlalu bodoh untuk mempercayainya...

Terus mempersalahkan karena merasa tak bahagia... lalu apa yang sudah dilakukan untuk benar-benar bisa meraihnya?

Mempertanyakan... mengapa orang-orang tak bisa mengerti... tak mau memahami...?

Padahal... diri pun tak tau apa yang sebenanya diingini.

Kecewa? Sakit hati?

Bagaimana dengan orang-orang yang menjadi korban pelampiasan kecewa dan sakit hati itu?

Apakah mereka tidak merasakan hal serupa?

Atau mungkin diri mengira... bahwa mereka juga pantas mendapatkannya.

Sudah sewajarnya... sudah selayaknya... begitukah?

Saya terluka... dan merekapun harus merasakannya.

Sungguh kasihan........

Benarlah diri tak bahagia... bukan karena derita... tapi hati yang telah berhenti untuk peka.

(dhini iffansyah)


Senin, 21 April 2014

Gelas Kristal Retak


Entah sejak kapan. Namun seingatku, sejak ku berusia 4 tahun... gelas kristal itu memang sudah retak.

Bagaimanapun retaknya, gelas itu tetaplah berharga. Selalu dijaga dengan baik agar retak itu tak lantas membuatnya pecah.

Dan selayaknya gelas-gelas yang lain... selama ini gelas kristal ini pun tetap digunakan untuk menampung air. Tapi hanya untuk air dengan takaran yang sedikit dengan suhu normal.

Jangan memaksa gelas kristal itu menampung air yang lebih banyak terlebih dengan suhu ekstrim. Karena air itu akan kembali merembes dari celah-celah retak sebelumnya bahkan menambah lagi retak disisi lainnya.

Akibatnya, gelas kristal itu pun semakin retak...

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?

Menyimpannya di dalam lemari?
Tapi dengan begitu, gelas kristal akan kehilangan fungsinya sama sekali.

Atau terus menggunakannya dengan sangat berhati-hati?
Sebab sedikit kesalahan mampu membuat gelas kristal itu menjadi pecahan beling tak berarti.


(dhini iffansyah)

Selasa, 15 April 2014

Manusia Biasa

Aku hanya manusia biasa...

Meski dengan gelar sarjana psikologi...

bukan suatu jaminan aku selalu dapat memahami... selalu sabar dan memaklumi... atau selalu bisa mengontrol ego pribadi...

Bukan jaminan pula aku tak akan merasa stress dan kecewa... tidak sedih maupun terluka... atau selalu bisa mengatakan bahwa semua baik-baik saja...


Karena sekali lagi... aku hanya manusia biasa.


Pada kenyataannya memang demikian... walau ku berusaha sebaik mungkin menuju kesempurnaan... tapi aku tidak akan pernah menjadi sempurna.


Aku hanya bisa berbenah diri... bukan berubah menjadi malaikat suci.


(dhini iffansyah)



Jumat, 11 April 2014

Catatan Anak Negeri

Ayo Bersama Kobarkan Semangat Indonesia !
Para pejuang tidak MENUNGGU keajaiban datang.... mereka BERJUANG membuat keajaiban dalam perubahan yang tak henti diperjuangkan.

Para pejuang tidak mengharap impian besar itu suatu saat akan DIHADIAHKAN... mereka BERGERAK melakukan kewajiban ber-amar ma'ruf nahi munkar demi mencapai hak yang telah dijanjikan.

Bagaimana mungkin negeri ini bisa menyongsong masa depan yang lebih baik...?

Bila orang-orang baik MENOLAK untuk masuk dalam pemerintahannya... bahkan untuk sekedar berpartisipasi memilih pemimpin yang terbaik saja masih ada yang ogah-ogahan bahkan mengharamkan.

Masuk dalam logika yang mana?

Ketika kita MEMBIARKAN pemerintahan diisi dengan orang-orang yang tidak baik kemudian kita MENUNTUT undang-undang/ peraturan/ kebijakan yang baik dan mengharapkan kondisi ekonomi-politik-sosial-budaya-pertahanan-keamanan-pendidikan-kesehatan-hukum yang baik.

Tengoklah sejarah negeri ini kawan... kemerdekaan Indonesia bukanlah HADIAH dari para penjajah. Melainkan hasil JERIH PAYAH pengorbanan para pejuang.

Lantas, dimana jerih payah kita sebagai generasi penerusnya?

Jangan hanya bisa MENGHUJAT PEMERINTAHAN yang dianggap bobrok dan gagal. Bukankah itu terjadi karena kita yang MEMBIARKAN orang-orang itu memimpin negeri ini, sementara kita hanya duduk dan BERHARAP KEBAIKAN tanpa mau bersusah payah MEMPERJUANGKAN KEBAIKAN.


(dhini iffansyah)