Rabu, 23 Desember 2015

Ragu

Maaf atas diamku.
Aku hanya tak ingin diperbudak hawa nafsu.
Tak ingin bicara tanpa dipikir dulu.

Aku tak yakin dengan apa yang seharusnya dan sebaiknya ku lakukan.
Aku bahkan tak yakin dengan apa yang ku rasakan.
Aku sungguh berharap kelak tak akan ada penyesalan.

Kini semakin banyak pertanyaan demi pertanyaan yang menuntut jawaban.

Bagaimanapun, aku akan berusaha menerimanya, bahkan bila kenyataan tak sesuai harapan.

(dhini iffansyah)

Selasa, 22 Desember 2015

Sadarlah Wahai Hati

Lelah sudah ku melihatmu tak menentu. Kadang dekat, kadang begitu jauh dari Rabb-mu.

Sementara detik yang dimiliki setiap saat bisa berhenti.
Mengantarkanmu pada satu janji yang tak mungkin diingkari. Mati.

Siapkah kau untuk itu?
Bila kain putih membungkus jasadmu...

Walau harta dan tahta menjulang tinggi. Apalah arti bila amal sholeh tak menyertai?

Tanpa bekal kau akan sengsara. Hanya siksa yang menantimu disana.

Rugi.. sungguh sangat merugi.
Tangis penyesalan tak lantas mengantarkanmu kembali.

Waktu terbuang dengan sia-sia. Nasehat dan peringatan pun diabaikan begitu saja.

Di akhirat tentu kau akan menyadari. Bahwa dunia tak berarti bila iman lepas dihati.

(dhini iffansyah)

Bunda

Suatu hari nanti aku ingin dipanggil bunda.

Bukan hanya karena aku telah mengandung dan melahirkan seorang anak. Melainkan karena aku pula yang mengasuh dan mendidiknya di rumah.

Aku tidak ingin meninggalkan atau menitipkannya dengan dalih bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.

Aku tidak ingin orangtuaku apalagi orang lain yang mengambil alih hak dan kewajibanku atas dirinya.

Mengapa aku harus bekerja di luar rumah kemudian menggunakan uangnya untuk membayar mereka yang telah memiliki momen-momen berharga bersama dengan buah hatiku tercinta?

Mengapa aku harus melewatkan kesempatan melihat perkembangannya dan hanya mendengar cerita di waktu yang tersisa?

Mengapa aku harus merelakan posisi menjadi yang pertama tahu atas pencapaian dan keberhasilannya?

Mendengar kata pertamanya..
Lalu menyaksikan langkah pertamanya..

Dan hal-hal lain yang tak ternilai dangan harta.

Namun bila kelak aku terpaksa melakukannya, sungguh aku akan merasa begitu rugi dan kecewa.

Selamat Hari Bunda
by. dhini iffansyah

Jumat, 18 Desember 2015

Rindu

Tahun demi tahun telah berlalu.
Air mata rindu masih menghiasi malamku.
Kapankah kita akan kembali bertemu?

Aku ingin berada didekatmu,
memelukmu,
dan mendengar suaramu.

Tuhan...
Ampunilah segala dosanya.
Kasihi dan sayangilah dia.
Pertemukanlah kami di surga.

(dhini iffansyah)

Kamis, 17 Desember 2015

Cinta Pertamaku

Tentu saja dia adalah laki-laki yang istimewa.

Dia humoris dan memiliki senyuman yang begitu manis. Selain itu dia juga hobi dan jago berolahraga. Baginya hampir tiada hari tanpa olahraga.

Sifatnya yang menyenangkan dan tak perhitungan membuatnya memiliki banyak teman. Sampai-sampai aku merasa cemburu, karena seringnya mereka bertemu.

Ditambah lagi dengan berbagai kesibukan dan kebiasaannya berpergian, membuat kebersamaan kami menjadi semakin berkurang.

Meski begitu, dia tetap menyediakan waktu khusus untukku. Biasanya dia akan mengajakku makan malam atau sekedar jalan-jalan, kemudian membelikan sesuatu yang kuinginkan.

Dia bahkan bersedia menemaniku ke bioskop untuk menonton film yang ku suka, walau akhirnya dia hanya akan tertidur disana. Tapi jangan dikira dia tidak bisa romantis, karena dia begitu pandai menyanyikan lagu-lagu puitis.

Keistimewaan lain yang ada pada dirinya adalah tentang ketegasan dan kelembutan yang menjadi satu.

Bila aku melakukan kesalahan,  maka dia akan berterus terang mengingatkan. Namun setelah itu,  air matanya pun tak kuasa untuk ditahan.

Begitulah dia. Seorang laki-laki dengan hati yang setia dan perasaan lebih halus dari yang kalian kira. Itulah alasan mengapa aku sangat mencintainya.

Hingga saat aku sendiri yang memilih untuk pergi.

Ku putuskan merantau demi meneruskan studi ke perguruan tinggi. Dia pun sama sekali tak menghalangi. Justeru menjadi orang yang paling memahami dan hanya berpesan agar aku selalu menjaga kehormatan diri.

Sampai pada hari perpisahan kami.

Di Bandara Soekarno Hatta, dia melepaskanku menggapai cita.

Tak ku sangka itulah akhir cerita kami selamanya.

Dia tak menungguku kembali membawa gelar S.Psi.

Dia pergi...

Laki-laki yang kucintai benar-benar tak bersamaku lagi.

Tapi hingga kini, senyum dan kehangatan hatinya masih membekas di hati.

Dialah cinta pertamaku.

Papa no.1 di dunia.

(Mengenang 6 tahun kepergian papa tercinta, 17 Desember 2009 - 17 Desember 2015)

by. dhini iffansyah

Kamis, 03 Desember 2015

Bukan Cinta Juliet

Cinta sejati bukanlah seperti cinta Romeo dan Juliet, bukan pula seperti cinta Rama dan Shinta.

Cinta sejati pastilah cinta karena Allah.

Sebab hanya Allah yang mampu menyatukan hati dalam naungan kesalamatan melalui petunjuk, pertolongan dan perlindungan dariNya. Sehingga ikatan diantara mereka tak terbatas oleh dunia melainkan abadi sampai ke surga.

"(yaitu) surga-surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya BERSAMA DENGAN ORANG YANG SALEH DARI NENEK MOYANGNYA, PASANGAN-PASANGANNYA DAN ANAK CUCUNYA, sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu."
(QS. Ar-Ra'd: 23)

Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang saleh yang saling mencintai karena Allah. Aamiin.

- dhini iffansyah

Rabu, 02 Desember 2015

A Note

"Sometimes people with the worst past, creates the best future." (Umar Ibn Khattab)

Sebab aku tidak seperti Abu Bakar Ash Shiddiq yang sebelum mengenal Islam pun merupakan orang baik dan terhindar dari segala bentuk maksiat. Maka aku ingin meneladani Umar bin Khattab yang membalas segala kejahiliyahan dengan bersungguh-sungguh melakukan ketaatan.

[Note to myself]