Senin, 23 April 2012

“We Are What We Choose” (seperti apa kita dihadapanNya... tergantung pilihan kita)

Walaupun mereka meletakan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku berpaling dari risalah yang aku bawa, aku tidak akan berhenti sampai Allah mengantarkan aku pada kejayaan Islam atau aku binasa karenanya." (hadist)

Ketika kita merasa, dakwah kan bisa dimana saja, tidak harus di wajihah maupun berjama'ah.

Ketika kita mengeluh, sudah tidak sejalan dengan sistem dakwah, bahkan sering merasa kecewa dengan ukhuwah.

Ketika kita ingin berhenti, merasa cukup beramal jama'i, telah banyak berkontribusi, sehingga ingin menyendiri.

Baca dan tadabburi lagi QS. Ash-Shaffat: 139-144

Dan sungguh, Yunus benar-benar salah seorang rasul, (Ingatlah) Ketika dia lari [pergi meninggalkan kewajiban] ke kapal yang penuh muatan, kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian). Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela [karena lari meninggalkan kaumnya]. Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kapada Allah. Niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai Hari Berbangkit."

Tidak ada dakwah yang 100% sempurna.
Tidak ada ukhuwah yang tidak menuai luka.
Dani tidak akan pernah ada kata "cuti" dalam berkontribusi.

Ketika diri merasa yg paling benar, keluar dari jama'ah dan berharap mendapat ukhuwah yg lebih indah. Carilah jama'ah itu sampai nanti kan menyadari bahwa kesalahan sebenarnya ada pada diri pribadi. Diri yang tidak solutif dalam menghadapi masalah. Diri yang selalu ingin dimengerti tanpa mau peduli. Diri yang menuntut diberi tanpa hasrat berbagi.

Merasa kecewa? Pernahkah terpikir mungkin diri ini jauh lebih banyak membuat saudara kita kecewa, namun mereka memilih untuk diam dan memafkan.

Merasa sakit hati? Pernahkah terlintas mungkin diri ini jauh lebih banyak menyakiti hati saudara kita, hanya saja mereka menahan diri dan mencoba memaklumi.

Merasa lelah? Pernahkah terbayang mungkin saudara kita mengalami kelelahan yang serupa bahkan jauh lebih lelah dari yang kita rasakan, hanya saja mereka menyimpan rasa itu didalam benaknya.

HADAPI TANTANGAN DAKWAH DENGAN BERANI
LARI SAMA SEKALI BUKAN SOLUSI

Jangan sampai kelak kita kembali kepada Allah dalam keadaan tercela karena sedang melarikan diri dari jama'ah, mengabaikan amanah hanya karena rasa lelah dan kecewa dengan ukhuwah.

Belajarlah dari kisah nabi Yunus a.s, sungguh Al-Quran adalah hikmah dan petunjuk bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.

Wallahu'alam Bishawab.

(dhini iffansyah)

Sabtu, 21 April 2012

Poligami Dakwah

 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (An Nisa’: 3).

Bukan maksud hati membahas poligami tapi ketika membaca arti dari QS. An Nisa': 3, yang terbesit adalah betapa Allah sungguh Maha Adil dan Maha Memperhitungkan segala sesuatu. Laki-laki diperkenankan menikah dengan dua, tiga, atau empat orang wanita dengan catatan ia harus ADIL.

Jika tidak sanggup, maka nikahilah SEORANG SAJA agar jangan sampai terjadi aniaya diantara hamba-hambaNya.

Ana berpikir dan menkorelasikannya pada amanah dakwah. Bukankah ketika sudah menikah, wanita laksana amanah bagi laki-laki yang harus ia bimbing dalam ketakwaan? Karena “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi wanita (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) di atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya…” (An Nisa': 34)

Ya, amanah memang berkaitan langsung dengan diri pribadi dan orang lain. Dan di dalam dakwah, hal ini akan berkaitan dengan diri kita dengan jama'ah. Kita tahu bahwa beban amanah dakwah ini terlalu berat jika ingin dipikul seorang diri. Oleh karena itu didirikanlah berbagai lambaga dakwah untuk menghimpun potensi kaum muslimin dalam rangka mencapai visi-misi kejayaan Islam itu sendiri. Baik itu dakwah di bidang keilmuan, sosial-politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Sebagai seorang muslim kita memang dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Namun ingatlah bahwa dalam Islam juga terdapat kaidah untuk lebih mengutamakan menghindari mudharat daripada mencari manfaat.

Ana tidak menentang siapapun yang ingin berkarya dan berkontribusi dalam lembaga dakwah manapun. Ikutilah lembaga dakwah yang antum senangi, dua, tiga atau empat. Namun jika antum takut tidak akan dapat berlaku adil, maka ikutilah satu saja. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya yakni aniaya kepada saudara-saudara antum yang memberi kepercayaan dan amanah kepada antum.

Jangan sampai karena berdalih ingin mencari manfaat, akhirnya malah mendatangkan mudharat bagi kerekatan ukhuwah maupun pergerakan lembaga dakwah yang bersangkutan.

”Tunaikanlah amanah kepada orang yang telah memberimu amanah. Dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Imam Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Saudaraku, janganlah menodai perjuangan dakwah yang dilakukan dengan susah payah ini dengan sikap kita yang tidak amanah. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji.” (HR. Ahmad)

Wallahu’alam
(dhini iffansyah)

Dakwah Jalan Hidup Kami



Hidup itu tentang apa yang bisa kau berikan dan alasan mengapa kau melakukan.

Tidak peduli bagaimanapun keadaanmu sekarang, keikhlasan lah yang membuat semua menjadi pantas untuk diperjuangkan.

Saya tidak akan mengatakan bahwa ini mudah dan menyenangkan. Namun tantangan akan selalu siap menghadang.

Dia akan datang, tidak peduli kau senang atau tidak, bahkan tidak akan pernah menunggumu untuk menyatakan kesiapan

Namun Allah mengingatkan kita dalam firmanNya...

"...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al-Baqarah: 216)

Dan jangan khawatir bila nanti kita tidak sanggup dalam menjalaninya karena sungguh..

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286)

SO, THINK POSITIVELY...! :)